Minggu, Desember 23, 2018

Bahagia dengan Gaya Hidup Minimalis

Dunia hari ini tidak terlepas dari kebiasaan hidup boros dan konsumtif. Hal tersebut dilakukan demi eksistensi diri. Banyak orang berlomba-lomba terlihat bahagia, padahal apa yang mereka sangka bahagia tidaklah membahagiakan. 

Kalimat di atas merupakan kutipan dari artikel blog ini yang berjudul 4 kunci Membangun Karakter Milenial. Sampai detik ini gue masih setuju dengan pernyataan tersebut. 

Perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi telah mempengaruhi gaya hidup kita. Walaupun sebenarnya membantu kehidupan, kemudahan yang ditawarkan sering membuat kita “kebablasan”. Tanpa disadari, kita memiliki banyak barang yang sesungguhnya tidak dibutuhkan. 

Belanja memanglah penting. Selain merupakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan, belanja mampu memberikan kepuasan dan kebahagiaan. Hanya saja itu bersifat sementara. Jika tidak segera disadari, aktivitas belanja bisa membuat kita terjebak dalam kehidupan lingkaran konsumerisme. 

Seperti yang dilansir idntimes September lalu, Ada sebuah penelitian menarik dari Chaplin dan John tentang perilaku konsumtif masyarakat. Dilansir dari laman theminimalist, ternyata semakin seseorang terobesesi pada hal-hal yang bersifat materi, menunjukkan bahwa ia memiliki “self-esteem” yang rendah. Tak ayal, beberapa tahun ini banyak yang meninggalkan gaya hidup konsumtif dan beralih pada gaya hidup “minimalis”. 

Gaya hidup minimalis ? 

Konsep dari gaya hidup minimalis adalah “less is more” yang akan membantu kita menemukan kebebasan dan kedamaian hidup.


Gaya hidup minimalis adalah pilihan. Kamu bisa kapan saja memulai gaya hidup ini dengan tanpa paksaan. 

Para minimalist memiliki satu pegangan yang sama yakni:

Terbebas dari material merupakan jalan untuk menikmati hidup dan menemukan kedamaian ditengah kehidupan modern saat ini.