Minggu, Februari 11, 2018

Dilan bilang, "jangan Rindu ya." Aku juga...

Sejak akhir tahun 2017  ramai beredar video yang bau keringat Dilan dan Milea di dunia peryutupan, bahkan sampai gue menulis artikel ini. Mulai dari isu penggarapan film Dilan yang diambil dari novel karangan Pidi Baiq itu, parodi dari official trailer filmnya, behind the scene film Dilan, sampai fakta-fakta yang mengkaitkan sosok Dilan dengan penulis novelnya.

Bicara tentang film Dilan sebenarnya gue udah tahu sebelum isu film Dilan booming dan Dilan menjadi idola para remaja masa kini.

Waktu itu temen SMP gue pernah kirim pesan di instagram, "gung lu udah baca novel judulnya Dilan?"

Gue jawab, "belom. Emang kenapa?"

"Pokoknya elu harus banget baca novel itu! Harus banget gung! Soalnya bagus, asli." Teman gue ngemis untuk meyakinkan.

Awalnya gue nggak percaya karena menurut gue novel itu bicarain kisah percintaan banget. Bukan tanpa alasan tapi dulu gue pernah kecewa karena percaya begitu aja sama omongan cewek.

Flashback sedikit. Dulu gue pernah tiba tiba dapat pesan dari temen cewek sebut aja namanya Mawar. Dia minta gue buat nonton satu film korea (Korea Selatan lho ya) yang menurutnya sangat beda dari film korea yang lain. Dia tau gue anti sama film drama korea makanya dia terus ngeyakinin gue. Dia bilang film itu banyak adegan aksinya juga. Dia tau unsur itu yang sangat gue suka dari sebuah film. Alasan gue suka film holywood sejak kecil.

Gua mulai mencari tau video yang dimaksud. Gue juga jadi tau ternyata film drama korea itu pake episode di setiap filmnya. Katrok sih, gue merasa gagal jadi orang kota. Hem.

Pantes temen-temen cewek gue di SMA yang drakor (drama korea) addict sampe punya koleksi banyak banget di laptopnya. Itu laptop isinya kalo bukan file tugas yang berantakan, ya besar kemungkinan isinya virus, virus, virus, trus ya pasti video atau film-film drama korea. hahaha.. yakan? iya lah.

Akan ada saatnya seisi kelas bakal ribut pas ada tugas browsing the internet tapi wifinya lemot. Kau tau kenapa? Itu karena diam-diam ada yang download banyak video korea di handphone-nya yang diumpetin di laci meja atau di dalam tasnya dan orang itu masih bernapas biasa aja seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Hina banget gak sih tuh orang? Emang.

Karena kejadian itu dan kelakuan teman gue yang pecinta drakor membuat gue huek.
Gue jijik banget sama mereka!
Ya, besoknya gue ikutan nonton...

Gue gak kuat menahan diri melihat poster film yang dimaksud Mawar. Film tersebut juga emang lagi booming banget. Sepertinya gue terbawa arus pergaulan. Hem.

Akhirnya beberapa hari gue diam-diam nonton drama korea. Keren sih di episode awal ada banyak scene yang diambil dengan gaya film action. Di episode pertama udah ditampilkan adegan menegangkan dimana aktor berantem manja-manja manis. Kalo gini caranya gue bisa jadi kelompok cowok yang suka drama korea deh (seru gue dalam batin) (hastag) #terbawaaruspergaulan.

Gue lanjut nonton episode ke dua, ke tiga, sampai ke empat kalo gak salah. Dan gue menyadari ternyata adegan action cuma ada di episode pertama. Kecewa abis. Kalo gini caranya gue harus cabut suara batin gue tadi. Film itu lagi-lagi menampilkan scene percintaan. Aduh sungguh drama sekali. Gue putuskan untuk tidak melanjutkan nonton film tersebut sampai tamat. (hastag) #priateguhpendirian.

Sejak saat itulah drakor semakin tidak menarik di mata gue. Bukan karena gue iri dengan aktor apalagi akrisnya. Emang sih ceweknya cantik-cantik, but why cowoknya juga ikutan cantik sih? Ok itu perspektif gue. kita damai aja. sebenarnya gue emang kurang cocok aja sama jenis film yang banyak dramanya.
Karena hidup gue udah penuh drama #BUM! #priateguhpendirian.

Kembali lagi ke momen dimana teman gue meminta gue untuk baca novel Dilan. Gue meng-iya-kan.

Suatu hari gue lagi jalan-jalan ke toko buku. Saat itu gue gak tau mau beli buku apa. Random aja yang penting menarik untuk dijadikan hadiah. Gue juga mengintip-intip buku karangan tere-liye. Gue beli satu bukunya trus tiba-tiba penjual menawarkan  buku novel Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1990. Tampaknya gak asing sama judul itu, mulailah menerawang. 

Ternyata itulah buku yang dimaksud teman gue dulu. Kebetulan banget. Gue semakin tergoda untuk membeli buku yang ditawarkan penjual. Iman gue mulai melemah ketika penjual memberikan diskon besar-besaran kalo gue mau beli 3 buku Dilanku karangan Pidi Baiq di hari itu. 

Melihat keadaan genting ini, ngebuat dada gue agak sesak. Gue mengeluarkan dompet yang isinya kartu-kartu dan nota pembelian yang diabadikan (motif biar dompet keliatan tebel). Sambil jari menyelinap ke dalam dompet, mata gue pura-pura sok milih buku di toko tersebut.  Dengan berat tangan langsung aja gue beli buku diskon tadi. Iya emang diskon. Gue tau. Hm..
Ya semoga persediaan ikan teri di asrama masih ada.

Yeah, gua udah selesai membaca buku pertama dan separuh dari buku lanjutannya yang kedua. Kemudian ramai desas-desus penggarapan buku ini yang akan diangkat ke layar lebar (film). Pada tanggal 13 Desember 2017 official trailer di yutup udah bisa dinikmati, yang padahal gue merasa kurang srek dengan pemeran tokoh utamanya (sorry karena gue udah baca versi novelnya dan mohon hargai perbedaan pendapat ini). Alasan sempitnya, menurut gue Ikbal kurang pas untuk jadi "panglima perang".

Even though, film ini pasti bakal keren banget. Apalagi penggarapannya dilakukan langsung bersama penulis novel ini yaitu Pidi Baiq. Akang Pidi Baiq tau bagaimana menuang tulisan menjadi sebuah karya visual tanpa menghilangkan kelezatan kisah-kisah di dalamnya. Konon film ini bisa ngebuat kita kangen masa-masa SMA lho.
Kita tunggu saja.


Oiya, kata Dilan,
"jangan Rindu. Berat. Biar aku saja."