Senin, Juli 06, 2015

Kadang Sendirian Itu Penting

Kalo gue berangkat dari Jakarta tanggal dua, temen-temen justru  meninggalkan asrama tanggal dua. Jadilah gue di asrama sendirian. Beruntung masih ada kakak mahasiswa dan mas senior yang baik mau nemenin.

Dan sekarang? Jadwal lebih lenggang, kosong. Mau mandi nggak ngantri, mau nyampah tidur dimana aja silahkan, mau makan.. *eh puasa.  Jadi makin asik, tapi kadang merasa sepi sih.

Untuk kemarin kegiatannya sangat santai dan nikmat.

Berawal dari bangun sahur, gue harus keluar asrama buat beli makanan karena semalam lupa ngeliwet nasi. Gue beli nasi padang dua bungkus untuk kemudian dibawa ke asrama. Tenang gue nggak rakus, gue makan berdua sama mas juban. Dan yang lain makan diluar.

Habis shalat subuh jadwalnya tetap sama, ngaji. Tapi sekarang gue sendirian karena anak yang lain nggak ada. Seperti home schooling, gue berhadapan dengan Pak kiai untuk tadarus quran, dan lagi lagi nggak antri.

Menjelang pagi gue sibuk mengganti cover binder dengan memotong buletin sekolah temen, agak parah sih.  Selanjutnya gue buka laptop untuk jailbreak handheld window phone yang gue bawa dari Jakarta agar bisa custom ROM.

Selanjutnya gue ke warnet untuk download custom ROM. Tapi malah jadinya cuma buka dan upload foto ke twitter. karena size download dengan kekuatan jaringan inetnya nggak stabil.

Jam setengah sebelas sampai asrama langsung tepar. Bangun jam setengah dua siang lalu beranjak shalat dilanjuti dengan tadarus quran.

Kemudian jam setengah lima ke rumah kiai untuk ngaji sore.

Well, Kadang sendirian itu penting. Kita jadi tau betapa banyak waktu yang kita punya cuma digunain sesukanya. Gue pernah baca tulisan di kaos di punggung seorang anak yang bikin gue sadar, bahwa dalam sehari kita punya waktu yang benar-benar terbatas.

Tulisannya kurang lebih begini:
Bagilah waktu yang hanya 24 jam menjadi tiga. 8 jam digunakan untuk istirahat dan mimpi, 8 jam digunakan untuk belajar dan hal hal yang serius serius, 8 jam lagi untuk kreatifitas dan bermain.

Gue ada setujunya juga, karena selama ini waktu gue lebih dihabiskan untuk bermain aja. Hal-hal yang nggak penting malah jadi prioritas, dan sebaliknya. Kesendirian juga mengajarkan gue untuk banyak merenung. Merenung bahwa beginilah masa muda gue, masa bagaimana gue menjadi manusia yang ‘ada’  kelak. Salah pijakan kalo nggak dibenahi, akan timbulnya penyesalan.
Karena kesendirian juga gue jadi merasa sangat ‘muda’ untuk melakukan hal hal gila. Miris kalo lihat generasi pemuda seusia gue yang amburadul. Dilain banyak diusia muda yang udah sukses seperti: maddi jane, tapi lebih banyak lagi yang hancur seperti para korban penindasan kota. Miris.

Now, here I am. Di jogja, di perantauan. Di asrama, jauh dari orangtua.
Disini gue nggak mau banyak tingkah, tujuan gue sederhana dari dulu sampai sekarang:



“Bisa berguna bagi orang-orang disekeliling. Sampai ketika gue nggak ada atau menghilang, mereka akan berkata: Agung kemana?”



Udah itu aja, sederhana kan? Nggak banyak. Kalo ada lebihnya, itu mungkin bonus dari tuhan.

Begitulah gue dengan kesendirian.